Hati-hati! Gigi Berlubang dapat Menular, lho!

Sewaktu kecil, mungkin kamu selalu diingatkan oleh ibu untuk tidak sering mengonsumsi makanan manis secara berlebihan, seperti permen atau coklat. Ibu juga sering mengingatkan untuk menggosok gigi secara rutin baik setelah sarapan ataupun menjelang tidur. Meskipun pada saat itu mungkin kamu mengabaikan apa yang dilarang oleh ibumu, sampai akhirnya kamu mulai merasakan gigimu terasa sakit atau mulai berubah warna. Rasa sakit yang kamu rasakan itu dikarenakan gigimu dipenuhi oleh bakteri yang sedikit demi sedikit merusak gigi dan membentuk lubang besar di tengah gigimu. Tapi tahukah kamu bahwa gigi berlubang dapat menular?

Gigi berlubang adalah kondisi ketika gigi mengalami kerusakan yang mengikis bagian luar (email) hingga bagian dalam gigi (dentin) sampai membentuk lubang. Gigi berlubang disebabkan oleh penumpukan bakteri pada mulut, sering mengonsumsi makanan yang manis, serta kebersihan mulut yang tidak terjaga. Bakteri yang terdapat pada mulut akan mengubah gula dari sisa makanan menjadi asam yang kemudian membuat lingkungan gigi menjadi asam. Asam inilah yang akhirnya membuat lubang pada email gigi.

Masalah gigi berlubang merupakan satu dari sekian banyak penyakit pada manusia yang sering terjadi. Namun, masih banyak yang menyadari bahwa lubang pada gigi umumnya terjadi karena adanya penularan bakteri yang disebut Streptococcus mutan. Bakteri ini tidak dibawa sejak lahir, melainkan bakteri ini ditularkan oleh orang lain, salah satunya ibu. Usia antara 11-33 bulan adalah masa yang rawan terjadinya penularan tersebut. Oleh sebab itu, apabila pada rentan usia tersebut seorang anak tidak tertular bakteri, ke depannya kecil kemungkinan akan mengalami risiko gigi berlubang.

Bakteri ini bertahan hidup dari suatu kelompok karbohidrat yang berbeda. Saat gula dimetabolisme dengan sumber energi lainnya, mikroba menghasilkan asam yang menyebabkan rongga pada gigi. Gigi berlubang dapat menular melalui kebiasaan buruk yang selama ini tidak pernah disadari. Misalnya, saat ibu memberikan anaknya makan, si ibu biasanya akan yang terlebih dahulu mencicipi apakah sudah dingin atau tidak. Selain itu, bisa juga karena orang tua yang sering menciumi anaknya, terutama di mulut.

Kebiasaan buruk lainnya adalah berbagi minuman dengan satu sedotan atau sendok yang sama, dan melakukan kegiatan lain yang bersama dapat memindahkan partikel air liur dari satu mulut ke mulut lainnya.

Dampak dari kebiasaan buruk ini ternyata sangat berpengaruh pada timbulnya gigi berlubang yang dapat berpengaruh pada perkembangan otak (kecerdasan) dan gizi seorang anak, seperti halnya yang dijelaskan dalam sebuah penelitian di Filipina bahwa ada hubungan antara lubang gigi dengan indeks masa tubuh. Jika jumlah lubang terlalu banyak, maka tubuh akan cenderung kurus. Dikarenakan saat anak mengalami sakit gigi akibat gigi berlubang, maka anak akan lebih sulit mengonsumsi makanan atau minuman. Secara tidak langsung tubuh akan mengalami kekurangan nutrisi dan mengakibatkan berat badan anak turun secara berkala.

Namun, gigi berlubang sering kali diabaikan oleh sebagian orang, bisa karena rasa sakit yang ditimbulkan tidak terlalu mengganggu atau karena lubang pada gigi masih teramat kecil. Sehingga banyak dari penderitanya menganggap sepele akan hal ini. Akan tetapi apabila dibiarkan akan menimbulkan beberapa masalah, diantaranya:

  • Gigi terbelah

Patah gigi adalah gejala yang umum terjadi ketika terjadi lubang gigi yang cukup besar. Ketika banyak gigi yang membusuk atau ada gigi yang mengalami lubang cukup lama, gigi tersebut akan lebih rentan mengalami kerusakan dan patah. Hal ini bisa disebabkan karena cara makan yang kurang baik. Seperti cara mengunyah yang menyebabkan sisa makanan terselip di gigi. Saat gigi sudah menunjukkan gejala pembusukan atau lubang, kamu bisa meminimalisasir perkembangannya dengan mengurangi konsumsi gula, menyikat gigi rutin 2 kali sehari dengan pasta gigi mengandung flouride, serta melakukan flossing.

  • Kerusakan syaraf

Di tengah gigi ada sebuah lubang kecil yang di dalamnya terdapat syaraf dan pembuluh darah berada. Ketika pembusukan mencapai pulpa (syaraf) gigi, saat itu lah penderita akan mulai merasakan sakit yang menyiksa. Semakin dalam lubang gigi, rasa sakit akan semakin tidak nyaman bahkan bisa terasa sepanjang hari. Kebanyakan orang kemudian membuat janji dengan dokter gigi ketika rasa sakit itu muncul, padahal langkah itu sebetulnya sudah terlambat. Jika syaraf gigi mulai mati, kita mungkin membutuhkan perawatan khusus atau bahkan melakukan pencabutan.

  • Gigi mati

Jika terjadi infeksi pada syaraf gigi yang disebabkan oleh pembusukan, pembengkakan tersebut akan memotong suplai darah ke syaraf gigi dan “membunuhnya”. Ketika syaraf mati, rasa sakit akan hilang. Namun, gigi akan terus mengalami kerusakan dengan proses pembusukan dan mungkin saja perlu dicabut.

  • Infeksi

Jaringan mati yang tertinggal di belakang gigi akan membuat tubuh kita rentan terhadap abses (nanah) dan infeksi. Racun dari jaringan yang mati itu akan mulai berkembang menjadi infeksi bagi tulang lewat ujung akar. Kondisi ini akan menyebabkan peradangan dan menjalar ke pipi serta lantai mulut. Rahang dan kelenjar akan mengalami pembengkakan yang disebabkan oleh infeksi. Hal ini mungkin akan membuat pasien mengalami demam. Meski gejala ini terbilang jarang, namun jika terjadi dan tidak diobati infeksi bisa pula mengancam abses pada otak.

Jadi, mulai sekarang jangan sepelekan gigi berlubang. Hindari pemakaian alat makan atau mengonsumsi makanan secara bersamaan, karena kamu tidak pernah tahu bagaimana kondisi kesehatan orang di sekitarmu. Bisa saja ternyata mereka tengah mengidap atau memiliki gejala gigi berlubang, sehingga kamu berkemungkinan besar akan terinfeksi bakteri penyebab gigi berlubang.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *